Minggu, 11 September 2011

Hasil artikel abnonku (abang none buku)

       Dear blog, beberapa waktu yang lalu gue sempet ikut lomba abnonku nih! Jadi kita para peserta disuruh bikin artikel yang bertemakan "Tingkatkan Budaya Baca dengan Kebiasaan Membaca". Nah ini dia artikel yang gue buat :) Mudah-mudahan bisa jadi inspirasi yaaa :)


“Kejahatan terbesar bukanlah membakar buku melainkan tidak membaca buku.” (Joseph Brodkey, pemenang hadiah Nobel untuk Sastra tahun 1987).
        Apabila kita cermati kutipan tersebut, terkesan ekstrem. Namun, karena kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam hal membaca buku, kalimat tersebut tidak berarti apa-apa. Kurangnya inisiatif serta motivasi dari diri kita membuat kita menyepelekan kalimat “pentingnya membaca buku”. Masih ingatkah kalian dengan peribahasa “Buku Adalah Jendela Dunia”? Tentunya peribahasa tersebut bukanlah hanya sekedar deretan beberapa kata yang terbentuk menjadi sebuah kalimat tanpa arti. Sadarkah kalian akan hal itu? Lewat buku kita bisa menyelami lautan. Lewat buku kita bisa mengelilingi dunia. Lewat buku kita bisa berpetualang keluar angkasa. Lewat buku pula kita bisa menyelami ruang dan waktu. Buku juga dapat menjadi faktor imajinasi kita. Karena, buku selalu kaya akan imajinasi. Membayangkan apa yang tertulis di buku membuat kita seperti membangun imajinasi versi pikiran kita sendiri. Mengajak diri kita untuk berkreasi dengan menenggelamkan diri dalam alur atau setting yang terdapat dalam buku. Hal tersebut dapat menjadikan kita belajar untuk mengerti dunia lain yang sebelumnya tak pernah terpikir oleh kita.

        Manfaat membaca buku tidak hanya sebatas itu, dengan membaca buku dapat membuat kita tergerak untuk menulis. Mendeskripsikan sesuatu hal menurut kacamata kita sendiri. Menulis membuat kita bebas menciptakan dunia yang ingin kita bangun. Kita dapat mengungkapkan apa yang kita rasakan. Dan menulis adalah sarana yang paling efektif dalam mengungkapkan perasaan. Buku, jendela ilmu tiada batas. Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Buku adalah jendela dunia. Tidak peduli itu buku pelajaran, novel, komik, majalah, atau buku apapun.

       Dari awal kita telah membahas buku. Apakah kalian tau apa arti buku sebenarnya? Buku diartikan sebagai kumpulan kertas tercetak atau terjilid berisi informasi dengan jumlah halaman tidak ditentukan (bebas). Buku kuno pada jaman dahulu belum berupa tulisan tercetak diatas kertas modern seperti sekarang ini, melainkan tulisan-tulisan diatas kepingan batu atau yang kita kenal dengan prasasti. Mesir merupakan bangsa pertama yang mengenal tulisan yang disebut hieroglif pada tahun 1800 SM. Hieroglif adalah sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet. Tulisan hieroglif yang diperkenalkan bangsa Mesir kuno bentuk hurufnya berupa gambar-gambar. Mereka menuliskannya di batu-batu ataupun di kertas papyrus (sejenis tumbuhan alang-alang yang banyak tumbuh di tepi sungai nil). Kertas papyrus bertulisan dan berbentuk gulungan ini yang disebut sebagai awal buku.


contoh tulisan hieroglif


        Buku merupakan kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, Tapi tidak banyak orang yang dapat mendeskripsikan apa arti buku sebenarnya. Buku sangat erat dengan istilah-istilah membaca, menulis, ilmu pengetahuan, huruf, angka, dan sebagainya.

        Namun, dalam kehidupan sehari-hari apakah kita sudah memanfaatkan buku sesuai dengan fungsinya? Mungkin  pertanyaan tersebut lebih banyak dijawab “belum” dibandingkan dengan dijawab “sudah”. Hal itu terjadi karena kita belum membiasakan budaya membaca dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya sangat mudah untuk membiasakan budaya tersebut. Kita tidak perlu mengeluarkan banyak uang seperti halnya kita belanja pakaian disebuah mall. Kita juga tidak perlu pergi ketempat yang jauh seperti halnya kita mewujudkan impian kita untuk berlibur di suatu tempat. Cukup satu hal yang kita lakukan, yaitu mempunyai niat untuk menjadi orang yang kaya akan ilmu pengetahuan. Telah kita ketahui di dalam buku terdapat banyak, begitu banyak, bahkan sangat banyak ilmu pengetahuan. Semua tergantung pada diri kita, apakah disaat membaca kita benar-benar menyerap rangkaian kata demi kata dalam buku tersebut sehingga kita benar-benar mengerti apa saja yang di tuangkan dalam buku yang kita baca. Ataukah kita hanya sekedar mengejar akhir kalimat dari buku tersebut sehingga rangkaian kata-kata dalam buku tersebut terlewatkan begitu saja.

        Survei  UNDP (United Nation Development Program) menyebutkan  Indonesia merupakan negara yang rendah minat bacanya. Laporan UNDP tersebut  menyimpulkan bahwa rata-rata orang Indonesia hanya membaca satu judul buku atau bahkan tidak membaca sama sekali dalam jangka waktu satu tahun.

        Keadaan kita beda jauh dengan masyarakat Belanda yang membaca 30 judul buku dalam jangka waktu satu tahun. Untuk kawasan Asia, Indonesia kalah dari Thailand yang membaca 5 judul dalam satu tahun. Benar-benar kenyataan yang memprihatinkan untuk  minat anak Indonesia dalam hal membaca buku. Sebaiknya, minat membaca ditumbuhkan sejak anak-anak lahir. Penelitian mengungkapkan anak yang sejak lahir diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita akan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi dibandingkan yang didiamkan saja. Namun sayangnya, orang tua masa kini lebih cenderung mengajak anak-anak mereka ke mall daripada membaca buku. Anak-anak juga lebih tertarik untuk bermain game atau menonton televisi daripada membaca buku. Hasilnya anak-anak tidak suka membaca buku dan kebiasaan negatif tersebut terbawa hingga anak-anak itu tumbuh remaja.

Jika orang tua membacakan buku cerita kepada anak sejak dini, mereka sebenarnya telah mengenalkan anak pada dunia lain yang mengasyikkan.” (Nicole Niamic).

        buku merupakan media yang sangat baik untuk melakukan transfer nilai kepada anak serta menstimulasi kreativitas, kemampuan berpikir empirik dan kemampuan linguistik anak. Hal tersebut tentunya menjawab kebutuhan akan pendidikan budi pekerti selain kebutuhan akademis. Membaca bermanfaat untuk meningkatkan daya tangkap, kreativitas dan logika berpikir serta meningkatkan wawasan pengetahuan kita.  Membaca juga menanamkan nilai positif seperti rasa empati, solidaritas, toleransi dan sifat untuk saling tolong menolong.

“Salah satu cara penyelenggarakan pendidikan adalah dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat” (Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab III Pasal 4 ayat 5).

        Lalu bagaimana kondisi dunia baca di indonesia? Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa Indonesia. Data tersebut menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran pada hanya 55,11 persen. Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen, buku pelajaran sekolah 44.28 %, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07 persen.

        Menurut laporan World Bank dalam sebuah laporan pendidikan Education In Indonesia From Crisis to Recovery menyebutkan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas IV sekolah dasar di Indonesia masih dibawah negara Asia lainnya. Laporan tersebut mengutip hasil Vincent Greannary pada 1998 yang menunjukkan Indonesia hanya mampu meraih nilai 51,7. Sedangkan negara Asia lainnya yang juga menjadi objek nilai, seperti Filipina memperoleh nilai 52,6, Thailand 65,1, Singapura 74,0 dan Hong Kong 75,5. Sangat terbukti betapa rendahnya minat baca bangsa Indonesia.

        Pemerintah juga telah memberi kita kemudahan dalam menambah ilmu dengan cara membaca buku. Yaitu dengan mendirikan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang berada di Jalan Salemba 27, Jakarta Pusat (gedung utama). Bahkan sekarang sudah tidak terhitung berapa jumlah perpustakaan yang ada di Indonesia. Maka, dengan fasilitas yang ada alangkah baiknya kita memanfaatkan fasilitas tersebut dengan semaksimal mungkin.

        Ruang perpustakaan yang cukup nyaman, petugas pertpustakaan yang ramah, dan buku pinjaman yang bisa dibawa pulang tentunya sangat memudahkan kita untuk mempergunakan akses “Jendela Dunia” tersebut.

        Menurut survey, untuk membangun sebuah perpustakaan berikut isinya diperlukan biaya sekitar Rp. 250.000.000. Tidak terbayangkan banyaknya uang yang harus kita keluarkan dan panjangnya waktu untuk menunggu perpustakaan yang dibuat akan selesai. Beruntung sekali bangsa Indonesia mempunyai Pemerintah yang sadar akan kadar ilmu anak bangsanya. Kita semua, terutama para remaja merupakan calon generasi penerus bangsa. Bisa di ibaratkan kita sebagai pondasi-pondasi negara, yang berarti tanpa pondasi yang kuat negara itu akan rubuh, hancur. Sementara pondasi-pondasi negara tersebut memerlukan bahan baku pembuat pondasi yang berkualitas agar kuat menopang beban negara. Apa yang di maksud bahan baku pondasi negara itu? Jawabannya adalah ilmu pengetahuan. Siapapun orangnya, seindah apapun rupanya Ia tidak akan berarti apa-apa tanpa ilmu pengetahuan yang Ia miliki. Bagaimana cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut? Mudah saja, cukup dengan mengembangkan minat kita dalam hal membaca. Karna membaca dapat membuat kita yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Membuat pandangan kita yang tadinya gelap menjadi terang sehingga kita tidak tersesat di suatu jalan yang tidak kita inginkan. Orang yang kaya akan ilmu pengetahuan adalah orang yang pastinya akan di cari dan diperlukan dalam segala bidang. Seorang dokter dapat membedah bagian tubuh manusia karna dia belajar. Ia belajar mulai dari mengenal huruf sampai membaca, dan ilmu dari membacanya Ia tuangkan dalam praktek ketika Ia membedah bagian tubuh manusia. Seorang pilot bisa mengoperasikan pesawat di udara juga karna Ia membaca. Membaca bagaimana cara mesin-mesin pesawat beroperasi sehingga dapat terbang diantara sekumpulan awan putih yang indah menembus birunya angkasa raya. Membaca tidaklah sulit! Membaca hanyalah memahami apa yang dituangkan di dalam buku yang kita baca dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu pergi ke Amerika untuk mengetahui budaya apa saja yang terdapat disana. Kita tidak perlu pergi ke Singapore untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat negara kecil tersebut dapat berkembang dengan pesatnya. Kita juga tidak perlu pergi ke China untuk mengetahui trik apa yang negara tersebut gunakan sehingga dapat menguasai pasar dunia. Dan belahan dunia lainnya. Dengan hanya duduk manis sambil membaca kita dapat menebus jendela dunia. Kita bisa berimajinasi seolah-olah kita sedang berada di tempat dimana latar buku itu di ceritakan. Jadi, mulai sekarang mari kita tingkatkan budaya baca dengan kebiasaan membaca!